Nun Di Bukit Yang Jauh
Add caption |
Kekristenan selalu identik dengan
lambang salib, karena melalui saliblah Kristus yang diimani sebagai Juruselamat
manusia mati untuk menebus dosa-dosa manusia. Tak heran, jika kita melihat
sebuah rumah yang ada asesoris salib, kita langsung mengatakan bahwa itu rumah
orang Kristen. Atau seseorang yang mengenakan kalung atau gelang salib, kita
langsung mengatakan bahwa itu orang Kristen.
Yah, salib memang identik dengan
kekristenan. Tuhan Yesus dalam ajarannya memberikan syarat-syarat untuk
mengikuti Dia. Diantaranya, menyangkal diri, memikul salib, dan baru, mengikuti
Dia. Jika demikian apa makna salib, sehingga banyak sekali manusia di dunia
yang menjadi Kristen. Apakah salib itu sesuatu yang membawa kebahagiaan,
sukacita atau malah sebaliknya dukacita atau kehinaan?
Salib di dalam tradisi Romawi
adalah sebuah hukuman yang diberikan kepada penjahat yang dianggap melakukan
kejahatan besar. Dengan demikian, hukuman salib dilakukan di depan umum agar
orang yang melihat diberikan semacam peringatan supaya jangan melawan atau
melakukan kejahatan di masa pemerintahan Romawi. Jauh sebelum Kristus, hukuman
salib sudah dilakukan. Inilah makna lambang salib di satu sisi, bahwa salib
adalah lambang kehinaan atau dukacita. Di sisi lain salib adalah lambang cinta
kasih yang agung dari Allah kepada manusia. Kristus mau menanggung resiko untuk
masuk dalam penderitaan itu karena kasih-Nya besar. Itu berarti di sisi lain,
salib adalah berita sukacita (Injil) bagi yang mempercayainya.
Di masa Pra Paskah ( gereja lainnya masa kesengsaraan) ini,
saya mau mengajak kita untuk belajar dari sebuah kisah lagu yang sering
dinyanyikan oleh umat. Lagu ini terdapat pada buku nyanyian NKB 83 “Nun Di
Bukit Yang Jauh”. Judul aslinya adalah On a Hill Far Away/The Old Rugged Cross.
Lagu ini, baik syairnya maupun
melodinya, dikarang oleh George Bennard tahun 1913. Lagu ini termasuk sangat
populer di abad kedua puluh. Di masa remajanya ia sudah menerima Yesus sebagai
Juruselamat, dan ketika ayahnya meninggal sebelum George sendiri berumur enam
belas tahun, ia bergabung dengan Bala Keselamatan. Kemudian ia ditahbiskan
menjadi pendeta di gereja Metodis Episkopal, dimana pelayanannya sangat
dihargai. Di berbagai tempat ia mengadakan kebaktian kebangunan rohani,
terutama di daerah Michigan dan New York.
Satu kali dalam perjalanan
kembali ke Michigan ia mengalami pergumulan yang sangat mendalam tentang makna
salib Yesus dan apa yang Rasul Paulus maksudkan tentang bersekutu dengan
Kristus. Semakin ia merenungkannya ia bertambah yakin bahwa salib Yesus bukan
sekedar simbol atau lambang saja, tetapi itulah inti Injil keselamatan.
Mengenai lagu ini, George Bennard mencatat
sebagai berikut: “Dorongan untuk mengarang lagu ini timbul pada suatu hari pada
tahun 1913 di kota Albion di Michigan. Lagunya lebih dulu jadi, kemudian saya
coba menyusun kata-katanya. Tidak mudah, tetapi akhirnya Tuhan memberikan
kata-kata yang memang saya sendiri perlukan. Tak lama kemudian saya mendapat
kesempatan untuk memperkenalkan lagu itu pada tanggal 7 Juni 1913, yaitu pada
suatu kebaktian besar di Lembaga Penginjilan di kota Pokagon. Ternyata mendapat
sambutan yang baik dan tidak lama kemudian lagu itu menjadi terkenal di seluruh
Amerika.
Bennard melanjutkan pelayanannya
untuk menginjili selama empat puluh tahun berikutnya. Pada tahun 1958, pada umur
delapan puluh lima tahun ia dipanggil Tuhan. “Salib itu kujunjung penuh, hingga
saat tiba ajalku”, demikianlah kata-kata dalam syair lagunya dan itulah yang
dilakukannya. Untuk mengenang dia, dekat rumahnya umat mendirikan salib setinggi
tiga setengah meter dengan kata-kata “Di sini beristirahat George Bennard,
pengarang ‘Salib di bukit’ “. (kisah ini dikutip dari buku Alfred
Simanjuntak “Kisah Kidung” , Yamuger)
Lagu ini memang sangat menyentuh,
baik secara lirik maupun melodinya. Namun lagu ini juga memberikan kita
imajinasi tentang makna salib Kristus yang begitu mendalam. Salib yang semula
lambang kutuk nestapa dan kehinaan menjadi sebuah mahkota bagi George Bennard.
Kita pun perlu memberikan makna
pada lambang salib yang sering kita gunakan. Jangan sampai salib itu hanya
sebatas asesoris atau hiasan rumah semata. Makna terdalam salib adalah penderitaan karena
kasih, dan rela masuk dalam resiko kehinaan, kutuk dan cela.
Semoga kita diberikan hikmat untuk menghayati dan memaknai salib Kristus di masa kesengsaraan ini. Lebih dari itu, kita juga meminta kepada Tuhan agar memberikan iman yang teguh, dan pada akhirnya kita juga dapat menyanyikan bagian lirik lagu seperti George Bennard “Salib itu kujunjung penuh, hingga saat tiba ajalku”.
Semoga kita diberikan hikmat untuk menghayati dan memaknai salib Kristus di masa kesengsaraan ini. Lebih dari itu, kita juga meminta kepada Tuhan agar memberikan iman yang teguh, dan pada akhirnya kita juga dapat menyanyikan bagian lirik lagu seperti George Bennard “Salib itu kujunjung penuh, hingga saat tiba ajalku”.
Di
bait empat lagu tersebut merupakan sebuah komitmen yang dalam untuk hidup bagi
Kristus. Kata-katanya demikian:
(Bait 4) (Bait
3)
Indahlah bagiku salib hina keji,
‘Ku setia tetap ikut jalan salib, berlumuran darah-Nya
kudus;
Meski diriku pun dicela. hilanglah dosa
ku, sucilah hatiku
Suatu saat kelak ‘ku dibawa pergi ke tempat kemuliaan-Nya berkat kurban Yesus Penebus..
(Bait 2)
Meski salib itu dicela, dicerca,
bagiku tiada taranya.
Anak domba kudus masuk dunia
gelap,
disalib kar’na dosa dunia.
(Bait
1)
Nun
di bukit yang jauh, tampak kayu salib;
lambang
kutuk nestapa, cela.
Salib
itu tempat Tuhan Maha Kudus
menebus
umat manusia.
Refrein
Salib
itu kujunjung penuh,
hingga
tiba saat ajalku.
Salib
itu kurangkul teguh
dan
mahkota kelak milikku.
Salib di atas bukit batu Termanu :)
Tulisannya Bagus teman 👍👍
BalasHapusMinggu dpn kupas ttg viadolorosa e😇😇
thanks teman. b usahakan cari bahannya :)
Hapus:)
BalasHapus