Penggunaan Multimedia dalam Ibadah
Setiap ibadah di gereja yang
didesain sedemikian rupa haruslah diingat bahwa yang menjadi esensi ialah umat
yang beribadah kepada Tuhan. Setiap suasana hendaklah diciptakan agar umat “dibawa”
berjumpa dengan Allah sebagai titik sentral dalam ibadah. Itu berarti apapun
alasan yang diciptakan untuk membuat umat hanya menjadi penonton dalam ibadah
adalah hal yang keliru.
Beberapa kali saya menemukan
dalam ibadah di gereja umat tidak terlibat aktif dalam liturgi yang ada, hanya
petugas liturgi sendiri yang seakan show di
depan umat. Misalnya nyanyian jemaat yang harus dinyanyikan oleh jemaat tidak
dilakukan karena penayangan di slide dilakukan
tanpa notasi, hanya kata-katanya saja padahal itu lagu baru. Jika diajarkan di
awal pun umat sulit untuk mengikutinya.
Ini merupakan contoh kecil bahwa
dengan adanya penggunaan multimedia, di dalam gereja selayaknya memberi manfaat
baik bukan karena ikut-ikut trend dan
sebagainya. Ada juga yang tampilan slide yang
menganggu konsetrasi umat dalam beribadah. Misalnya pada waktu pemberitaan
firman ada tampilan animasi atau latarbelakang warna menyolok yang mengalihkan
fokus jemaat dari khotbah pendeta.
Penggunaan multimedia memang banyak
sekali dijumpai di gereja-gereja perkotaan, bahkan di gereja-gereja pinggiran
kota pun sudah melihat ini sebagai kebutuhan dalam ibadah. Tentunya dalam
penggunaan perlu diperhatikan hal positif dan juga negatif dalam ibadah.[1]
Hal positif dalam
penggunaan multimedia :
1)
Ibadah menjadi lebih
menarik, karena adanya proyeksi visual
2)
Umat tidak perlu lagi
membawa buku nyanyian ketika bernyanyi
3) Umat dapat
mempelajari lagu baru dengan cepat, tanpa kita perlu mencetak dan membagikan
syair atau melodinya.
4) Umat dapat menyanyi dengan
posisi tubuh yang lebih bebas, tidak perlu menunduk karena harus membaca buku
nyanyian. Akibatnya proyeksi suara akan menjadi lebih baik.
Hal negatif dalam
penggunaan multimedia:
1) Umat tidak terbiasa
untuk menyanyi sesuai dengan notasi musik, karena ditayangkan di layar hanyalah
lirik lagu dan bukan melodinya.
2) Mereka yang berusia
lanjut atau penglihatannya kurang baik akan menemui kesulitan dalam menyanyi.
3) Mempelajari lagu baru
akan menjadi lebih sulit jika lirik lagu ditampilkan tanpa notasi musiknya.
4) Penempatan layar yang
kurang tepat dapat merusak keindahan dan tata ruang ibadah.
5) Jika operatornya
kurang berkonsentrasi dan melakukan kesalahan (misalnya: terlambat menampilkan
lirik lagu di bait kedua), umat akan terganggu dalam memuji Tuhan.
Tentu di dalam penggunaan
multimedia jangan saja melihat hal yang positif yang mendukung nyanyian jemaat,
tetapi hal negatif pun perlu diperhatikan sehingga bisa dicari solusinya.
Misalnya penayangan nyanyian bukan hanya lirik lagu dengan ilustrasi gambar saja,
tetapi perlu lirik lagu dan notasi sehingga umat juga dapat belajar notasi.
Komentar
Posting Komentar