Yesus Mengubahkan (Yohanes 4:4-14)
Apa yang ada di pikiran kita jika
kita membaca kisah dalam Yohanes 4:1-42 tentang perjumpaan Yesus dan perempuan
Samaria di sumur Yakub. Barangkali yang ada di pikiran kita adalah perempuan
itu seorang pelacur. Memang benar bahwa perempuan itu bisa dikategorikan
sebagai seorang pelacur, sebab banyak lelaki yang hidup dengannya dan tak tahu
suami sah yang ia miliki. Ini adalah suatu persoalan yang kita temui dalam
bacaan kita.
Namun di sisi lain ada lagi
beberapa persoalan selain itu, yakni yang bertemu dengan Yesus adalah seorang
perempuan. Di jaman hidup patriakhal seperti itu perempuan dianggap “lebih
rendah” keberadaannya dibanding laki-laki, atau bisa dikatakan tidak masuk
hitungan. Ini dapat kita bandingkan dengan kisah Yesus memberi makan lima ribu
orang, yang dihitung hanya lelaki saja, sedangkan perempuan dan anak-anak tidak
masuk hitungan. Hal yang lain yaitu kesaksian perempuan itu tidak bisa
dipercaya dalam budaya setempat.
Ini tentunya merupakan sesuatu
yang aneh jika Yesus dapat berbincang dengan perempuan itu. Hal ini akan
menjadi buah bibir dalam masyrakat. Perempuan itu menyadari status dirinya,
makanya ia enggan bertemu dengan orang banyak. Dia pergi ke sumur pada pukul 12
siang di saat tidak ada lagi orang mengambil air, karena biasanya orang
mengambil air pada pagi hari.
Persoalan berikutnya adalah
statusnya sebagai seoarang Samaria, yang mana orang Yahudi tidak bergaul dengan
orang Samaria (ay.9). Yesus yang adalah seorang Yahudi mau merubah kebiasaan
itu dengan mau berbincang dengan perempuan Samaria itu. Singkatnya dari kisah
ini Yesus memberitakan kabar keselamatan bagi perempuan tersebut dan ia pun
menjadi saksi bagi orang Samaria yang lainnya dan mereka percaya dengan sungguh
bahwa Yesus benar-benar Juruselamat dunia (ay.42).
Ada beberapa hal yang dapat kita
petik sebagai pelajaran dari kisah ini:
1) Yesus mengubah Sekat Tradisi
Yesus mengubah sekat tradisi dan
memberikan nilai kemanusiaan yang lebih pada perempuan Samaria itu betapapun
keadaannya. Walaupun dia seorang perempuan, pelacur, apalagi dari Samaria namun
Yesus tetap melihatnya sebagai pribadi yang berharga. Kita pun demikian, Yesus
tetap menganggap kita sebagai seoarang yang berharga apapun keadaan kita, status kita, persoalan kita.
Asal kita mau datang kepada Yesus dan mengatakannya secara jujur.
2) Yesus Mengasihi Tanpa Batas
Jika dalam kehidupan biasanya
orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria, bahkan dengan ekstremnya
mengatakan orang Samaria dengan sebutan anjing maka Yesus memberi teladan yang
berlawanan dengan itu. Yesus mengasihi tanpa batas, apakah dia kafir, atau
sesama agama. Apakah dia Yahudi atau Samaria, Kristen atau tidak, Yesus tetap
mau mengasihi kita umat manusia.
3) Yesus Mengubah Kehidupan
Perempuan Samaria tadinya enggan
bertemu banyak orang karena status hidupnya, kini setelah bertemu dengan Yesus,
perubahan besar terjadi. Dia pergi ke kota untuk bersaksi tentang Yesus (ay.
28-29) .
Mari datang kepada Yesus dengan dengan
rendah hati dan membawa segala persoalan hidup kita, Yesus mau mendengarnya dan
mengubahkan hidup kita.
Komentar
Posting Komentar